Siang itu Bagas sedang melayani pelanggan di bengkel
rumahnya, dengan terampil tangannya melepaskan Ban motor seorang pengendara
yang tengah mengalami bocor saat perjalanan. Walau rasa lelah seusai pulang
sekolah itu tak menjadikannya malas dan enggan untuk membantu siapa saja yang
datang ke bengkelnya.
Bagas tidak merasa malu kalau ia harus menjadi seorang
tukang tambal ban, ia merasa bangga bisa memperoleh penghasilan dengan jerih
keringatnya sendiri tanpa meminta minta. Uang dari hasil menambal Ban tersebut
Ia pergunakan untuk biaya sekolah. “walau tak seberapa tapi itu cukup membantu”,
tegas fajar.
Setiap harinya Bagas kadang melayani setidaknya 2 – 4
pelanggan. Berkah dari Allah kepada siapa saja yang mau berusaha dan Allah yang
mengatarkan rejeki itu kepadanya. Pernah suatu ketika dalam sehari ia bisa
memperoleh enam puluh ribu dari hasil menambal ban. Namun adakalanya tidak ada
sama sekali. Bagas cukup beruntung di kala tidak ada konsumen yang datang ada aja rejeki yang datang kadang dari
tetangga ataupun dari kerabatnya yang memberikan uang saku untuknya.
Bagas menggunakan uang hasil nambal ban sebagai ongkos untuk
naik bus menuju sekolahnya. SMK 5 Surakarta adalah sekolah yang menjadi tujuan
Bagas setiap hari untuk menuntut Ilmu, jarak yang jauh dari rumahnya
mengharuskan bagas untuk lebih kreatif karena tidak setiap hari ia mendapat
penghasilan yang lebih dan bisa menutup biaya kesehariaannya kesekolah. Nasib
baik bila uang sakunya cukup, ia tidak harus naik truq pasir menuju tempat
tinggalnya di Delanggu, Klaten. Ia bersama temannya harus berpanas ria bersama
di bak belakang truk yang menjadi tumpanganya.
“semua sopir truk sangat welcome, dan kadang di saat sedang
sendirian di perbolehkan duduk bersama di kursi samping pak sopir”, ungkap
fajar.
Setiap hari setidaknya ia harus merogoh kocek 3000 sebagai
transportasi, untuk sekali pergi dan nasib baik bila rejekinya sedang berlebih
Ia bisa pulang pergi naik bus ke sekolah.
Bagas adalah anak yang rajin di mata tetangga-tetangganya,
kadang ada tetangga yang belas kasih dan memberikan sebagaian rejeki kepadanya.
Ia yatim sejak duduk di bangku sekolah dasar, ketika itu ia belum begitu
mengerti tentang kehidupan namun seiring perjalanan usia ia pun tumbuh dewasa
dan menjadi probadi yang bertanggung jawab.
Ibunya kini hanya seorang pembantu rumah tangga dengan
penghasilan yang jauh dari cukup untuk membiayai Bagas dan juga adiknya yang
masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Melihat kondisi Ibunya yang
bekerja keras untuk dirinya dan adiknya bagas tidak ingin lagi menambah beban
ibunya. Dengan sedikit kemampuan yang di milikinya sebisa mungkin bagas
berusaha untuk membantu orang tuanya. Bagas berharap ia bisa terus bersekolah
dan mewujudkan cita-citanya, dan bisa membantu orang tua serta adiknya. [mh]
Posting Komentar